Akhirnya bisa menulis lagi.......
Kali ini aku bakalan share salah
satu koleksi anggrekku. Namanya Rhynchostylis
Retusa atau kalo di Indonesia dikenal dengan nama anggrek “Buntut Bajing” karena
bentuknya menyerupai ekor tupai. Anggrek ini merupakan jenis anggrek epifit
berbatang pendek dan tebal. Bentuknya hampir mirip dengan Vanda. Kalo sama-sama
tak berbunga, bedanya Cuma di akar, karena akar Rhynchostylis Retusa cenderung menempel pada media, sedangkan Vanda
akar panjang menjuntai ke bawah.
Berdasarkan jenisnya, anggrek Rhynchostylis Retusa ini merupakan jenis
anggrek species dengan tipe monopodial. Anggrek ini lebih gampang perawatannya
dibandingkan dengan anggrek hybrid sehingga lebih gampang dibudidayakan. Jenis
anggrek ini bisa bertahan pada suhu yang sedang hingga panas sehingga cocok
untuk ditanam di dataran rendah kayak Solo. Tapi ingat ya jangan sampai kena
matahari seharian penuh apalagi langsung kena, ntar daunnya bisa gosong. Rhynchostylis Retusa menyukai air, tapi
jangan keseringan nyiram juga ya. Untuk perawatannya, aku lebih seneng pake
pupuk alami. Kadang-kadang aku siram pake air cucian beras, air teh basi atau
air kelapa yang kubeli dipedagang.
Kalo pas lagi ngembang anggrek Rhynchostylis Retusa ini sangat indah.
Kalo yang kupunya warnanya ungu. Biasanya satu tanaman bisa muncul 3 sampe 4 rumpun
bunga. Jadi rame githu. Bunganya bisa bertahan sekitar 1 bulan, panjang bunganya
bisa mencapai 30 cm dengan ukuran bunga 2-3 cm. Biasanya satu rumpun bunganya
bisa mencapai puluhan bunga. Sayangnya, Rhynchostylis
Retusa ini bukan jenis anggrek yang bisa berbunga sepanjang tahun seperti dendrobium atau phalaenopsis. Rhynchostylis Retusa
berbunga pada bulan-bulan Desember-Februari. Sampai sekarang sich belum
kupelajari lebih lanjut mengapa mekar pada bulan-bulan tersebut, tapi Rhysnchostylis
Retusaku mengembangnya juga pas bulan Februari-Maret. Mungkin karena
bulan-bulan tersebt awal-awal musim hujan kali ya ^_^.